·
Mengerjakan LKS Tugas keompok “peristiwa
perjuangan”
No
|
Peristiwa
perjuangan
|
Uraian
peristiwa
|
||
1
|
Pertempuran
Medan Area adalah sebuah peristiwa
perlawanan rakyat terhadap Sekutu,dibawah
pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris) ini diikuti oleh
pasukan sekutu dan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 yang t erjadi di Medan, Sumatera Utara. Yang
terlibat adalah semua masyarakat yang ada di Medan dibawah pimpinan atau
tokoh-tokoh seperti : Matang Sitepu. Sebagai ketua umum dibantu oleh Tama
Ginting, Payung Bangun, Selamat Ginting,Rakutta Sembiring, R.M. Pandia, dari
N.V mas Persada Koran Karo-karo dan Keterangan Sebayang, yang merupakan tentara resmi
pemerintah dimana Djamin Ginting’s ditetapkan sebagai komandan pasukan teras
bersama-sama Nelang Sembiring dan Bom Ginting yang anggotanya antara lain
Selamat Ginting’s, Nahud Bangun, Rimrim Ginting, Kapiten Purba, Tampak
Sebayang dan lain-lain. Pada umumnya yang menjadi anggota BKR ini adalah para
bekas anggota Gyugun atau Heiho dan berisan-barisan bentukan Jepang. Djamin
Ginting.S bekas komandan pleton Gyugun ditunjuk menjadi Komandan Batalyon BKR
Tanah Karo. Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946
dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen ini terus
mengadakan serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh
wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda.
Pertempuran itu terjadi, antara lain di Brastagi, Padang, Bukit Tinggi dan Aceh.
|
|||
2
|
Peristiwa Merah Putih
di Manado, Terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Februari 1946, di Manado,
Tomohon, dan Minahasa
|
Peristiwa Merah Putih di
Manado adalah bagian dari serangkaian peristiwa
yang terjadi di Indonesia ketika pihak Sekutu berusaha untuk mengambil alih
kembali kekuasaan akan Indonesia terlepas dari telah dideklarasikannya
kemerdekaan oleh Soekarno dan Hatta. Terjadi pada tanggal pada tanggal 14
Februari 1946, di Manado, Tomohon, dan Minahasa. yang terlibat adalah para pemuda yang tergabung dalam pasukan
KNIL kompi VII di bawah ppimpinan Ch. Ch. Taulu bersama dengan rakyat
melakukan perebutan kekuasaan. ntuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia,
para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda
Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Wuisan. Bendera Merah Putih dikibarkan di
seluruh pelosok Minahasa hampir selama satu bulan, yaitu sejak tanggal 14
Februari 1946. Di pihak lain, Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubemur
Sulawesi dan mempunyai tugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan
rakyat Sulawesi.Ia memerintahkan pembentukan Badan Perjuangan Pusat
Keselamatan Rakyat. Dr. Sam Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh
540 pemuka masyarakat Sulawesi. Dalam petisi itu dinyatakan bahwa seluruh
rakyat Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia. Dengan adanya
petisi tersebut, pada tahun 1946 Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui
(Irian Barat). Peristiwa ini hingga saat ini dikenang dalam sejarang bangsa
Indonesia peristiwa merah putih di Manado.
|
||
3
|
Peristiwa
Bandung Lautan Api, Terjadi pada tanggal pada 23 Maret 1946 di di kota Bandung, provinsi Jawa Barat
|
Peristiwa
Bandung Lautan Api adalah
peristiwa kebakaran besar.
Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung,membakar rumah
mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.
Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda
untuk dapat menggunakan kota
Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan
Indonesia.Terjadi pada tanggal pada 23 Maret 1946 di di kota Bandung, provinsi Jawa Barat,yang telibat adalah seluruh
masyarakat baik pemuda dan pelajar yang ada di bandung,Jawa Barat di bawah
komando dan beberapa tokoh seperti Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III, Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI
(Barisan Rakjat Indonesia) hasil musyawarah
tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan
besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam
itu pembakaran kota berlangsung,
Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan
terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota
Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi
keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang
mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung
Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung
membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
|
||
4
|
Peristiwa pembunuhan ribuan
rakyat sipil di Sulawesi Selatan yang
dilakukan oleh pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan Raymond Pierre
Paul Westerling. Selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan). Terjadi
pada tanggal 11-12 Desember 1946-Februari 1947 di desa Batua serta beberapa desa kecil di sebelah
timur Makassar dan Westerling sendiri yang memimpin operasi itu. Yang
terlibat adalah Seluruh Masyarakat seperti pemuda yang ada Di desa batua
sebagai Tahap pertama Wasterling, di bawah komando Andi Abdullah Bau Masseppe yang kini telah
ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, menjadi salah satu dari
korban pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Westerling dan
pasukannya.Pembantaian terhadap pejuang dan rakyat Sulsel dilakukan Nica 3
Januari 1947 di Bulukumba. Kemudian, 9 Januari 1947 di Barrang Lompo, Barrang
Caddi, dan Tana Keke. Di Parepare, Kampung Kulo, Rappang, 14 Januari 1947. Di
Barru, dan Bacukiki, Parepare 16 Januari 1947. Di Takkalasi, Barru 17 Januari
1947. Di Parepare, Suppa, dan Kariango, Pinrang 19 Januari 1947. Di Kampung
Majannang 20 Januari 1947. Di Suppa, Pinrang 22 Januari 1947. Di sepanjang
pesisir melalui laut 23 - 28 Januari 1947. Di kampung Ballero dan Kualle, di
Majene (kini sudah bagian dari Provinsi Sulbar) 1 Pebruari 1947. Di kampung
Galung Lombok, Tinambung (sekarang Sulbar) 5 Pebruari 1947. Di kampung Lisu
Tanete, Barru, 7 Pebruari 1947.Masing-masing daerah di Sulselbar punya
catatan tentang perjuangan dan korban kebrutalan Westerling bersama pasukannya.
Korban aksi tak berperikemanusian yang berlangsung hingga Mei 1947 di Sulsel,
jumlahnya ada yang menyebut lebih dari 60.000 jiwa. Tak urung hal ini menimbulkan
kegaduhan internasional sampai pemerintah Belanda perlu untuk menurunkan tim
investigasi tahun 1969 dan menyatakan bahwa korban hanya sekitar angka 3.000
rakyat Sulawesi yang dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling. Meski
demikian, berapapun angka tepatnya korban yang jatuh di masa keberingasan
Westerling tahun 1946-1947 di Sulawesi- Selatan, tetap bahwa peristiwa itu
merupakan lembaran kelam sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. Kekacauan
pemerintahan dan dibiarkannya hukum rimba berlaku saat itu mengakibatkan
seorang jagal bernama Westerling leluasa membunuh penduduk sipil tanpa
didahului proses pengadilan yang benar. Rakyat Indonesia, khususnya keluarga
korban pembantaian Westerling berhak untuk mendapatkan keadilan dari
pemetintah Belanda, yang hingga saat ini sepertinya menganggap bahwa
kekejaman Westerling dapat dimaklumi karena dalam keadaan darurat perang.
Karenanya, pengadilan Belanda di tahun 1954 menyatakan Westerling tidak
menanggung kesalahan apapun atas perbuatannya semasa perang. Untuk mengenang
peristiwa tersebut, rakyat Sul – sel menjadikan tanggal 11 Desember sebagai
hari pengorbanan
|
|||
5
|
Serangan Umum 1 Maret
1949, Terjadi pada tanggal 1 Maret 1949 di ibu kota Indonesia saat itu
yaitu Yogyakarta.
|
Serangan
Umum 1 Maret 1949 adalah
secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran
tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan
beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil. Terjadi
pada tanggal 1 Maret 1949 di
pagi hari, dimulailah serangan besar-besaran dengan fokus utama adalah ibu
kota Indonesia saat itu yaitu Yogyakarta.yang terlibat adalah beberapa
masyarakat dibawah pimpinan/komando, Selain itu serangan juga dilakukan dibeberapa kota lain seperti Solo, dan
Magelang dengan tujuan untuk menghambat bantuan tentara Belanda. Pusat
komando saat itu ditempatkan di Desa Muto. Tepat pada pukul 6 pagi, sirine
dibunyikan dan serang dilakukan ke seluruh penjuru kota. Serangan tersebut
dibagi menjadi 5 sektor yaitu:Kota dipimpin
oleh Letnan Marsudi,Barat dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual,Utara dipimpin
oleh Mayor Kusno, Selatan dipimpin oleh Mayor Sarjono, Timur dipimpin
oleh Mayor Sarjono. Pihak Belanda 6 orang tewas dan 14 orang luka-luka,
sementara di pihak Indonesia tercatat 300 prajurit gugur, 53 polisi gugur,
dan jumlah rakyat yang ikut gugur tidak bisa dihitung secara pasti. Sementara
itu, menurut media Belanda, korban dari pihak mereka selama bulan maret
adalah 200 orang tewas dan luka-luka.
|