Minggu, 09 September 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang
Islam   adalah ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad Saw untuk menyempurnahkan agama yang telah ada sebelumnya. Islamdikenal dengan rahmatal lil alamin nya, dimana Allah tuhan pencipta alam semesta hanya mengakui Islamsebagai satu-satu nya agama yang mendapat dan karunia dari Allah SWT.    
Islam pada zaman Nabi dahulu berkembang secara perlahan-lahan, tidak semua bangsa arab langsung menerima kedatangan Islamdengan suka cita. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat arab adalah  kaum kafir Quraisy dimana kesaharian mereka beribada menyembah berhala. Islammasuk dengan cara damai dan tidak membutuhkan banyak syarat seperti agama lainya tapi hal ini malah menjadikan bumerang bagi bangsa arab yang bergerak hatinya untuk memeluk dan meyakini Islamsebagai agamnya.
Islam   adalah agama yang suci dan murni karena bagi pemeluk agama Islammereka memiliki sebuah kitab suci Al-Qur’an yang merupakan kitab penyempurnah dari kitab sebelumnya. Di dalam Al-qur’an itu sendiri terdapat berbagai ilmu pengetahuan yang bisa dimanfaatkan oleh umat Islamuntuk dipelajari dan diambil manfaatnya untuk kehidupan mereka sehari-hari.
Maka dari tahun 1800 M samapai sekarang dikenalah dengan masa pembaharuan Islam. masa pembaharuan ini ditandai dengan adanya kesadaran umat Islamterdapat kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dari berbagai bidang, contohnya saja dalam bidang pendidikan, dan teknologi. pada pembaharuan inilah munculah kembalih tokoh-tokoh pemikir dalam kalangan Islamdari berbagai negara Islam.
Pada awal masa pembaharuan ini kondisi dunia Islamsebenarnya berada pada zona kilonialisme dimana pengaruh barat amat mendominasi kehidupan di duia ini. Pada pertengahan abad ke-20 M lah Islammulai berdiri bangkit dari pengaruh kolonialisme barat.
Pada pembahasan ini akan tampak apa saja perkembangan Islampada masa modern yang dapat diteladani dan dijadikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari di tengah kuatnya arus budaya globalisasi yang mengakibatkan manusia bisa lupa akan kodratnya sebagai makhluk ciptaan tuhan yang harus menyeimbangkan antara kehidupan didunia dan diakhiratnya.
B.               Rumusan Masalah
Islampada dasarnya cepat diterima bagi masyarakat baik dari segi tata cara beribadah, pengetauhan ataupun teknologi. Namun, menghadapi kemajuan zaman pada abad sekarang ini Islammulai mengalami kemunduran dar berbagai bidang. Hanya sedikit tokoh Islamyang bisa bersaing dengan pemikir dari barat. Oleh karena itulah pada pertengahan abad ke-20 M dikenal dengan pembaharuan Islam.
1.                   Apa saja contoh dari pembaharuan peradaban Islam?
2.                   Siapa saja tokoh dari pembaharuan tersebut?
3.                   Apa saja bukti-bukti nyata dari proses pembaharuan Islamtersebut?
C.               Tujuan
1.              Mengetahui contoh-contoh dari periode pembaharuan Islam   pada  pertengahan abad ke-20 M.
2.              Mengetahui tokoh-tokoh yang memilki peranan dalam  mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan islam.
3.              Mengetahui bukti nyata dari pembaharuan Islamyang bisa di buktikan keaslihanya.
4.              Mengambil manfaat dari adanya pembaharuan Islampada berbagai bidang dalam kehidupan agar menjadikan kita sebagai manusia yang menghargai dan menghormati akan karya dari orang lain.
D.               Manfaat
1.              Memberi  infomasi kepada umat khususnya tentang masa periode pembaharuan islam.
2.              Dapat membandingkan masa keemasan Islampada zaman dahulu dengan era globalisasi saat sekarang ini.
3.              Dapat mengambil pelajaran dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan ajaran islam.
4.              Menjadikan Islamsebagai kebanggan karena banyak menyimpan unsur seni dan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupan.









BAB II
PEMBAHASAN
A.               Sekilas Tentang Dunia Islam   Pada Masa Modern
 Benturan-benturan antara Islamdengan kekuatan eropa menyadarkan umat Islam   bahwa jauh tertinggal dengan eropa dan yang merasakan pertama persoalan ini adalah kerajaan turki usmni yang langsung menghadapi kekuatan eropa yang pertma kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan perjuangan-perjuangan belajar dari eropa.
 Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islamdan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut antara lain:
                                               i.      Gerakan wahabiyah yang diprakarsai oleh muhammad ibn abdul wahab (1703-1787 M) di arabia, syah waliyullah (1703-1762) M di india dan gerakan sanusiyah di afrika utara yang dikomandoi oleh said muhammad sanusi dari Al jazair.
                                             ii.      Gerakan penerjemahan karya-karya barat kedalam bahasa Islamdan pengiriman para pelajar muslim untuk belajar ke eropa.
            Dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan politik. Ide politik yang pertama muncul yaitu pan islamisme atau persatuan Islamsedunia yang digencarka oleh gerakan wahabiyah dan sanusiyah, setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh tokoh pemikir Islamyang bernama jamaludin Al afgani ( 1839-1879).
            Menurut jamaludin, untuk pertahanan islam, harus meninggalkan perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama dan juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri islam. dengan ide yang demikian , ia dikenal atau mendapat julukan bapak nasionalisme dalam islam.
            Gagasan atau ide pan islamisme yang digelorakan oleh jamaludin disambut oleh raja turki usmani yang bernama Abd.Hamid II ( 1876-1909) dan juga mendapat sambutan yang baik di negeri-negeri islam.
            Akan tetapi setelah turki usmani kalah dalam perang dunia pertama dan kekhalifahan dihapuskan oleh musthofa kemal seorang tokoh yang gagasan nasionalisme, rasa kesetian kepada negara kebangsaan.
            Di wilayah Mesir, Syiriah, Libanon, Hijaz, Afrika Utara, Bahrein dan Kuwait, nasionalismenya bangkit dan nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Dalam penyatuan penyatuan negara arab dibentuk suatu liga yang bernama liga arab yang didirikan pada tanggal 12 maret 1945.
            Di India terbentuk gerakan nasionalisme yang diwakili oleh partai kongres nasional india dan juga dibentuk komunalisme yang digagas oleh komunalisme Islamyang disuarakan oleh liga muslimin yang merupakan saingan bagi partai kongres  nasional. Di india terdapat pembaharuan yang bernama Sayyid Ahmad Khan (1718-1898) Iqbal (1876-1938) dan Muhammad Ali Jinnah 9 1876-1948 ).
            Di Indonesia, terdapat pembaharuan atau partai politik besar  yang menentang  penjajahan diantaranya.
a.       Serekat Islam(SI) di pimpin oleh HOS Tjokroaminoto berdiri pada tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari sarekat dagang Islamyang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1931.
b.      Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh sukarno 1927
c.       Pendidikan Muslimin Indonesia (PNI-baru) didirikan oleh muhammad hatta pada tahun 1931
d.      Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) menjadi partai polotik tahun 1932 yang dipelopori oleh mukhtar lufhi.
            Munculnya gagasan nasionalisme yang di diiringi oleh berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan asset utama umat Islamdalam perjuangna untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah indonesia. Negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamirkan kemerdekaan yaitu tanggal 17 agustus 1945. Negara kedua yang terbebas dari penjajahan yaitu pakistan. Merdeka tanggal 15 agustus 1947 dengan presiden pertamanya ali jinnah.
            Di Wilayah timur tengah, Mesir resmi merdeka pada tahun 1992 dan benar-benar merdeka pada tanggal 23 juli 1952 dengan pemimpin pemerintahan yang bernama jamal abd naser, irak merdeka tahun 1932, tetapi rakyatnya merasa merdeka baru tahun 1958 dan negeri lain seperti jordania, syiria dan libanon merdeka pada tahun 1946.
            Di Afrika, Libia merdeka pada tahun 1962 , Sudan, Maroko, merdeka tahun 1956 M, Aljazair tahun 1962. Negara lain yang merdekanya hampir bersamaan seperti negara yaman utara, yaman selatan, dan emirat arab.
            Selain itu, negara Islamyang dahulunya bersatu dalam Uni Soviet Seperti Turkmenia, Uzbekistan, Kirghistan, Khazakhtan Tajikistan dan Azerbaijan dan Bosnia baru merdeka pada tahun 1992.


B.    Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Menjelang pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 M, umat Islamdi berbagai negara telah banyak menyimpang dari ajaran Islamyang bersumber kepada al-alqur’an dan hadits. Penyimpangan itu terdapat dalam hal:
a.       Ajaran Islam tentang ketauhitan telah becampur dengan ke musyirikan. Hal ini di tandai dengan banyaknya umat isalam menyembah selain kepada allah swt  juga memuja kepada makanan atau tempat yang dianggap keramat dan bahkan memintah tolong dalam urusan gaib kepada dukun yang dianggap sakti.
b.      Adanya kelompok umat Islam yang hidup di dunia ini hanya mementingkan urusan dunia saja tanpa mengindahkan kepntingan akhirat. Mereka beranggapan bahwa apa yang mereka dapatka di dunia ini dapat mengekalkan kehidupan mereka. Selain dari pada itu, banyak umat Islamyang menganut paham fatalisme yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada nasip dan tidak perluh beriktiar karena hidup manusia dikuasai dan ditentuka oleh nasib.
c.      
            Karena adanya penyimpangan-penyimpangan pada ajaran Islam   mendorong lahirnya tokoh pembaharu yang berusaha menyadarkan umat islam

C.               Islam Masa Modern (1800 – sekarang)
            Islam pada periode ini dikenal dengan era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat Islam   disebabkan oleh adanya benturan antara kekuatan Islam   dengan kekuatan Eropa. Benturan itu menyadarkan umat Islam   bahwa sudah cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Hal ini dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, Kerajaan Turki mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam   dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
            Benih pembaharuan dunia Islam   sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. Ketika dunia Islam   mengalami kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu Taimiyah, seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam   dengan mendapat dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam   kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw. Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam   yang mempunyai ciri sebagai berikut.
a.       Memberi ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan dengan muamalah duniawiyah.
b.      Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.
c.       Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti
d.      Kemusyrikan, khurafat, bid’ah, taqlid, dan tawasul.
e.       Kembali kepada al-Qur’ān dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.
Secara garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhayul dan bid’ah yang masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat di kalangan umat Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara Barat. Selanjutnya, ide-ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini bahwa umat Islam   sudah tertinggal jauh dibandingkan dunia Barat. Umat Islam   masih berkutat pada hal-hal yang tidak rasional seperti bid’ah, khurāfat, dan tahayyul. Satu-satunya jalan umat Islam   harus bangkit dari kebodohan itu. Maka, lahirlah tokoh-tokoh pembaharu Islam.

D.   Tokoh-Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara lain: Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, Al- Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Ahmad Khan, dan Sultan Mahmud II.
1.      Muhammad bin Abdul Wahab
Di Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada pemikiran pembaharuan di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi. Setelah menyelesaikan pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota ini selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia menikah dengan seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan, dan ke Isfahan. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.
Description: E:\(XI.MPA 1)\AGAMA\A1.PNG
Pemikiran yang dicetuskan Muhammad bin Abd Wahab untuk memperbaiki kedudukan umat Islam   timbul bukan sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di Kerajaan Utsmani dan Kerajaan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam   di waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad ketiga belas memang tersebar luas di dunia Islam.Soal tauhid memang merupakan ajaran paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau Muhammad bin Abd Wahhab memusatkan perhatian pada soal ini. Ia berpendapat seperti berikut.
a.              Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah SWT., dan orang yang menyembah selain Allah Swt. telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.
b.              Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam   demikian juga telah menjadi musyrik.
c.              Menyebut nama Nabi, Syekh, atau Malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik.
d.             Meminta syafa’at selain dari kepada Allah Swt. adalah juga syirik.
e.              Bernazar kepada selain dari Allah Swt. juga syirik.
f.              Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’ān, hadis dan qias (analogi) merupakan kekufuran.
g.             Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
h.             Demikian pula menafsirkan al-Qur’ān dengan ta’w³l (interpretasi bebas) adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19 antara lain seperti berikut.
a. Hanya al-Qur’ān dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c.  Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.


2.      Syah Waliyullah
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Bal³gah dan Fuyun Al-Haramain. Di antara penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat. Islam   menurut pemikirannya adalah sebagai berikut.
a.       Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam   dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan.
b.      Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolut  
c.       Perpecahan di kalangan umat Islam   yang disebabkan oleh berbagai pertentangan aliran dalam Islam.
d.      Adat istiadat dan ajaran bukan Islam   masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’ān dengan tidak mengerti isinya. Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk kehidupan duniawi mereka. Ia melihat perlu al-Qur’ān diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam. Bahasa yang dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar Islam   India di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa Persia disempurnakan Syah Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan itu pada mulanya mendapat tantangan, tetapi lambat laun dapat juga diterima oleh masyarakat. Karena masyarakat telah mau menerima terjemahan, putranya kemudian membuat terjemahan ke dalam bahasa Urdu, bahasa yang lebih umum dipakai oleh masyarakat Islam   India daripada bahasa Persia.
3.      Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M adalah seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849 M. Sebagaimana raja-raja Islam
lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer. Ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Di samping itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer, dan bidang-bidang yangn bersangkutan dengan urusan militer. Jadi, ada dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan kemajuan militer.
Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang telah dikenal orang di Eropa. Ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat inovatif pada zamannya antar lain bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah modern dan memasukkan ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam kurikulum. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian yang dikenal sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam   pada umumnya.
Saat itu Mesir masih mempunyai sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab, masjid, madrasah, dan jami’ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukkan kurikulum modern ke dalam lembaga pendidikan tradisional tersebut, sangat sulit. Oleh karena itulah, ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah modern di samping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu masih tetap berjalan
4.      Al-Tahtawi
Rifa’ah Baidawi Rafi’ Al-Tahtawi demikian nama lengkapnya. Ia lahir pada tahun 1801 M di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan dan meninggal di Kairo pada tahun 1873 M. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua Al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu, ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822 M. Beberapa pemikirannya tentang pembaruanIslam   adalah sebagai berikut.
a.       Ajaran Islam   bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia. Umat Islam   juga harus memperhatikan kehidupan dunia.
b.      Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual.
c.       Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d.      Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan modern agar
e.       syariat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat modern. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.
f.       Umat Islam   harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
5.      Jamaludin Al-Afgani
Jamaludin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di Istambul pada tahun 1897. Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia telah menjadi pembantu bagi Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri. Dalam pada itu, Inggris mulai mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afgani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869. Beberapa pemikiran Jamaludin Al-Afgani tentang pembaruan Islam   adalah sebagai berikut.
a.       Kemunduran umat Islam   tidak disebabkan karena Islam   tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh berbagai faktor.
b.      Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam   harus kembali kepada ajaran Islam   yang murni dan Islam   harus dipahami dengan akal serta kebebasan.
c.       Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.      Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antarumat Islam   harus dihidupkan kembali.
6.      Muhammad Abduh
Muhammad Abduh dilahirkan di Mesir pada tahun 1849 M. Bapaknya bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa
Umar Ibn Al-Khattab. Pada tahun 1866 M, Muhammad Abduh meneruskan studinya ke Al-Azhar. Sewaktu masih belajar di Al-Azhar, Jamaludin Al-Afghani datang ke Mesir dalam perjalanan ke Istambul. Di sinilah Muhammad Abduh untuk pertama kalinya bertemu dengan Jamaludin Al-Afghani. Dalam pertemuan itu, Jamaludin Al-Afghani mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-Qur’ān. Kemudian, ia berikan tafsirannya. Perjumpaan ini meninggalkan kesan yang baik dalam diri Muhammad Abduh.
Ketika Jamaludin Al-Afghani datang pada tahun 1871 untuk menetap di Mesir, Muhammad Abduh menjadi muridnya yang paling setia. Ia mulai belajar falsafat di bawah pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini, ia telah mulai menulis karangan-karangan untuk harian Al-Ahram yang pada waktu itu baru saja didirikan. Pada tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai mengajar, pertama di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya sendiri. Di antara buku-buku yang diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun, dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam bahasa Arab pada tahun 1857.
Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879 karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Tawfik, Muhammad Abduh yang juga dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota Kairo. Tetapi di tahun 1880 ia boleh kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir. Adapun ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif bagi pengembangan pemikiran Islam   adalah sebagai berikut.
a.                       Pembukaan pintu ijtihad. Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran Islam.
b.                      Penghargaan terhadap akal. Islam   adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal sebab dengan akal, ilmu pengetahuan akan maju.
c.                       Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang bersangkutan.
7.      Rasyid Rida
Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari Kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, ia memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya. Semasa kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca al-Qur’ān. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di Madrasah Al-Wataniah Al- Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan modern.
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam   yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Kristen telah mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka belajar di sana. Dalam usaha menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan Sekolah Nasional Islam   tersebut. Karena mendapat tantangan dari pemerintah Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang. Rasyid Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al-Syaikh Husain Al- Jisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majallah Al-Urwah Al-Wusṭa.
Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud. Sewaktu Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini. Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya. Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu ketika masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas. Oleh karena itu, ia memutuskan pindah ke Mesir, dekat dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia sampai di negeri gurunya ini.
Beberapa bulan kemudian, ia mulài menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-Manār. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manār sama dengan tujuan Al-Urwah Al-Wusṭa, antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’àh yang masuk ke dalam tubuh Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta paham-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam   terhadap permainan politik negara-negara Barat. Majalah ini banyak menyiarkan ide-ide Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada murid dan kemudian muridlah yang menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui lembaran-lembaran Al-Manār. Tetapi, selain dari ide-ide, Al-Manār juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang lain. Beberapa pemikiran Rasyid Rida tentang pembaruan Islam   adalah sebagai berikut.
a.       Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam   harus ditumbuhkan.
b.      Umat Islam   harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
c.       Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip umum.
d.      Umat Islam   menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e.       Kemunduran umat Islam   disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.       Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.
g.       Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h.      Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam   yang mengurusi bidang agama dan politik. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum Islam   sesuai dengan tuntutan zaman.
8.      Sayyid Ahmad Khan
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari Pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam   India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai di masa lampau. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754‒1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur. Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi. Di masa Pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalasjasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak.
Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam   India. Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam   India dapat diwujudkan hanya dengan bekeija sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam   India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam   adalah sebagai berikut.
a.       Kemunduran umat Islam   disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai sains dan teknologi.
b.      Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c.       Sumber ajaran Islam   hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d.      Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam   dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e.       Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam   dari keterbelakangan adalah pendidikan.
9.      Sultan Mahmud II
Pembaharuan di Kerajaan Utsmani abad  ke 19, sama halnya dengan pembaharuan di Mesir, juga dipelopori oleh Raja. Kalau di Mesir Muhammad Ali Pasyalah raja yang memelopori pembaharuan, di Kerajaan Utsmani, raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah Sultan Mahmud II. Mahmud lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikan tradisional, antara lain pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 dan meninggal pada tahun 1839. Di bagian pertama dari masa kesultanannya, ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan dengan Rusia selesai pada tahun 1812 dan kekuasaan otonomi daerah akhirnya dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di Eropa. Setelah kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Utsmani bertambahkuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya. Sebagaimana sultan-sultan lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di bidang militer. Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam, yaitu sebagai berikut.
a.       Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b.      Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c.       Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d.      Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e.       Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.
10. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di.Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang Orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Pada tahun 1905, ia pergi ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari falsafat. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doktoral yang diajukannya berjudul: The Development of Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara, ia menjadi dosen falsafat.
Bukunya The Reconstruction of Retigious Thought in Islam   adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikannya di beberapa universitas di India. Kemudian, ia memasuki bidang politik dan pada tahun 1930, ia dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Di dalam perundingan Meja Bundar di London, ia turut dua kali mengambil bahagian. Ia juga menghadiri Konferensi Islam   yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun 1933, ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usia 62 tahun, ia meninggal di tahun 1938. Berbeda dengan pembaharu-pembaharu lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof. Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam   mempunyai pengaruh pada gerakan pembaruan dalam Islam. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam   adalah sebagai berikut.
a.       Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam   dan pintu ijtihad tetap terbuka
b.      Umat Islam   perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam   untuk bergerak dan jangan tinggal diam.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Pada masa pembaharuan modern Islam   ini banyak muncul tokoh-tokoh yang memberi  konstribusi dalam bidang  pengetahuan islam. Meskipun ada sebagian pihak yang memanfaatkanya dengan menyebarkan agama baru sehingga banyak orang yang imanya lemah berpaling dan meninggalkan Islam
1.      Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan pembaruan Islam, antara lain; Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Ahmad Khan, dan Sultan Mahmud II.
2.       Saat Islam mengalami kemunduran, bangsa Eropa justru mengalami nkemajuan luar biasa dalam lapangan kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sementara kondisi dunia Islam berada di bawah pengaruh kolonialisme dan imperialisme Eropa.
B.       Saran
Kita sebagai generasi muda Islam penerus bangsa sebaliknya dapat menjadikan perkembangan pembaharuan Islam modern ini sebagai suatu acuan untuk mengisi hari-hari dalam kehidupan ini dengan lebih baik. Dan untuk memotivasi diri sendiri agar tidak tidak terjebak dengan sesuatu yang menyesatkan karena sekarang ini kita berada di era globalisasi yang penuh dengan kemajuan di berbagai bidang.


DAFTAR PUSTAKA
              http://parezanasari.blogspot.co.id/2015/01/makalah-perkembangan-islam-di-zaman.html (Dikases pada tanggal 09 februari 2018)
              https://hbis.wordpress.com/2008/12/16/perkembangan-islam-pada-masa-modern/ (Dikases pada tanggal 09 februari 2018)
              http://myoga173.blogspot.co.id/2016/07/makalah-perkembangan-islam-pada-masa-modern. html (Dikases pada tanggal 09 februari 2018)
              Mustahdi, Mustakim. 2014 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta : Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.